Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Doa

“Semoga kalian semua menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi nusa, bangsa dan agama”. Ini adalah sekelumit doa yang selalu saya dengar setiap upacara bendera senin pagi waku saya duduk dibangku SD dulu.

“Yuk kita sama-sama berdoa buat Bonnie, supaya dia jadi anak yang soleh dan punya masa depan yang cerah”. Kurang lebih, kalau saya tidak salah (kejadiannya sudah lama sekali), seperti itulah doa yang diucapkan oleh Uwa waktu acara selamatan sunatan teman saya, Bonnie, 24 tahun yang lalu.

Secara tidak sengaja, saya pernah dengar orang tua teman saya berdoa seperti ini, “Ya Tuhan, saya tidak ingin anak saya hanya seperti saya, saya ingin dia menjadi orang besar, bisa sekolah setinggi-tingginya dan sukses dalam pekerjaan” (sinetron banget yaa haha..).

Anehnya, saya belum pernah mendengar doa yang bunyinya seperti ini “mudah-mudahan saya/anak saya/cucu saya/kekasih saya menjadi orang yang bahagia”. Coba ingat-ingat deh, pernah ngga kita berdoa agar kita atau seseorang menjadi orang yang bahagia? Saya pribadi rasanya belum pernah. Belakangan ini, doa yang sering saya ucapkan tidak jauh dari minta ampunan atas dosa, minta dibukakan pintu rizki, minta didekatkan jodoh saya ;-) bisa membahagiakan orang tua saya, dan sebagainya. Seingat saya, saya belum pernah berdoa agar saya bisa jadi orang yang bahagia.

Kenapa ya? Apa karena kita sering beranggapan kalau kita sukses, punya karir yang menjanjikan, rumah dan mobil mewah lantas kita bahagia? Memang sih, setiap orang pasti mau dapet semua itu, kita ngga usah munafik deh.
Tapi kalau cuma itu yang kita jadikan parameter untuk mengukur kebahagiaan seseorang, apa ngga terlalu dangkal?

Misalnya gini, kita tinggal dirumah yang mewah banget, tapi cuma sendirian, ga ada orang lain (yaa kecuali pembantu sama tukang kebun deh), terus ga punya shoulder to cry on, apa nanti kita ga akan mati terbunuh sepi?

Jadi rasanya ga salah deh, kalau kita tambahkan item ‘jadi orang bahagia’ ditengah doa yang kita ucapkan selain item-item standar diatas.

Mudah-mudahan aja kita bisa benar-benar bahagia. Semoga yaa

Comments

Popular Posts