Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Gambir sore itu
Tapi ada suatu saat dimana Gambir tidak hanya seperti itu, dimana Gambir agak berbeda, lebih berwarna, lebih bergairah, biarpun lelah tetap membungkus sebagian besar kaum urban yang lebih memilih untuk bertempat tinggal didaerah-daerah penyangga Jakarta. Ketika sore di Gambir terasa lebih jingga, ketika penjaga peron terasa lebih ramah, ketika suara announcer tiba-tiba penuh dengan harmonisasi nada. Ketika itu, duduk diatas koran didalam kereta terasa jauh lebih nyaman ketimbang duduk diatas kursi kerja dikantor, suara riuh rendah penumpang seperti musik yang bernyanyi ditelinga, ketika itupun kerupuk kulit (hanya kerupuk kulit) dan segelas air mineral terasa lebih nikmat dari pada cemilan lain yang sering dibawa teman sekantor saya.
Yaa, ketika sore di Gambir seperti itulah saya selalu tidak sabar menantikan jam menunjukkan angka 5 (sore). Karena saya tahu, di Gambir telah menanti sore yang lebih jingga, suara-suara yang lebih merdu, dan letih yang terasa lebih manis. Pada saat itulah, saya lebih berharap kereta datang terlambat atau berjalan dengan kecepatan rendah agar dapat lebih lama merasakan nikmatnya duduk diatas koran, agar lebih lama dapat mendengarkan deburan yang bernyanyi dihati. Tapi ternyata kereta jarang sekali bisa memahami arti kompromi, pada saat itu justru ia datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh.
Sayangnya, sore yang ramah dan berbunga itu hanya berlangsung sangat sebentar untuk kembali pada sore yang biasa, yang hanya menyisakan lelah, pengap dan gerah. Dimana ketika saya selalu berharap kereta datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh, justru ia terus terlambat dan berjalan tanpa semangat :(
(…..yaah namanya juga kereta)
Popular Posts
Belajar Menghargai Keahlian Orang Lain
- Get link
- X
- Other Apps
Comments