Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Gambir sore itu

Seperti biasa, sore di Gambir selalu pengap, sesak, gerah dan bau keringat. Rengekan bocah, celoteh kaum komuter, lalu lalang orang dengan langkah tergesa, antrian panjang diloket tiket terlebih lagi pada hari jumat sore (loket tiket kereta ke Bandung selalu punya daftar antrian yang paling panjang), belum lagi announcer dengan suara pecah yang, demi Tuhan, sama sekali ngga merdu . Yaah, begitulah sore di Gambir. Selalu seperti itu.

Image hosted by Photobucket.com

Tapi ada suatu saat dimana Gambir tidak hanya seperti itu, dimana Gambir agak berbeda, lebih berwarna, lebih bergairah, biarpun lelah tetap membungkus sebagian besar kaum urban yang lebih memilih untuk bertempat tinggal didaerah-daerah penyangga Jakarta. Ketika sore di Gambir terasa lebih jingga, ketika penjaga peron terasa lebih ramah, ketika suara announcer tiba-tiba penuh dengan harmonisasi nada. Ketika itu, duduk diatas koran didalam kereta terasa jauh lebih nyaman ketimbang duduk diatas kursi kerja dikantor, suara riuh rendah penumpang seperti musik yang bernyanyi ditelinga, ketika itupun kerupuk kulit (hanya kerupuk kulit) dan segelas air mineral terasa lebih nikmat dari pada cemilan lain yang sering dibawa teman sekantor saya.

Yaa, ketika sore di Gambir seperti itulah saya selalu tidak sabar menantikan jam menunjukkan angka 5 (sore). Karena saya tahu, di Gambir telah menanti sore yang lebih jingga, suara-suara yang lebih merdu, dan letih yang terasa lebih manis. Pada saat itulah, saya lebih berharap kereta datang terlambat atau berjalan dengan kecepatan rendah agar dapat lebih lama merasakan nikmatnya duduk diatas koran, agar lebih lama dapat mendengarkan deburan yang bernyanyi dihati. Tapi ternyata kereta jarang sekali bisa memahami arti kompromi, pada saat itu justru ia datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh.

Sayangnya, sore yang ramah dan berbunga itu hanya berlangsung sangat sebentar untuk kembali pada sore yang biasa, yang hanya menyisakan lelah, pengap dan gerah. Dimana ketika saya selalu berharap kereta datang tepat waktu dan berjalan dengan kecepatan penuh, justru ia terus terlambat dan berjalan tanpa semangat :(


(…..yaah namanya juga kereta)

Comments

Ojan said…
lagi jatuh cinta ama penjaga peron ye?

Popular Posts