Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

drama pagi ini (part II)

Image hosting by Photobucket
Diit..diiit..diiiiiiiiiitt

Di depan Pakubowono Residence.
Siapa coba yang bisa tinggal ditempat eksklusif ini?? Yang jelas bukan saya dong, biarpun saya pingin misalnya. Udah deh ga usah dibahas.
Ga ada apa-apa, cuma macet, asap (atau ‘asep’ boleh juga) hitam tebal keluar dengan sukses dari knalpot patas AC yang emisinya jelas ga terawat. Kita jadi seperti berada dipusaran kabut hitam yang bikin sesak dan pedih mata. Jadi mirip penyanyi-penyanyi dulu, waktu TVRI masih merajai dunia pertelevisian disini, pas mereka lagi nyanyi kan suka keluar kabut tebal gitu kan!? Bedanya mungkin warnanya putih dan ga bikin sesak napas. Kebayang dong efeknya buat penyanyi-penyanyi itu kalo kabutnya bikin sesak, ga jadi nyanyi pastinya.

Masuk Pintu Satu Senayan.
Sebuah sedan berhenti pas setelah lampu jalan. Sontak, joki-joki yang berjajar dipinggir jalan berebut mendekat. Sayangnya cuma dua orang, satu ibu-ibu dan satu lagi remaja tanggung, yang beruntung dapet rezeki ikut sama mas-mas-pengemudi-mobil-yang-baik-hati-lantaran-takut-ditilang-polisi itu.

Sebuah gedung di Wahid Hasyim
Alhamdulillah, akhirnya dengan benak dipenuhi drama yang terputus-putus itu dan mata bengkak karena kurang tidur, saya sampe juga di kantor.
“Mbak, abis nangis yak?kok matanya bengkak!?” Sambil mencet tombol lift, dengan enteng sang Satpam dikantor nuduh saya abis nangis.
End of morning journey, or has it just begun?

*Dipanggung drama dunia, saya merasa begitu kerdil*

Comments

Popular Posts