“Kamu percaya soulmate Jo?”
“Saya tidak tahu, tapi saya ingin percaya.”
“Aku percaya Jo, belahan jiwa itu ada.”
“Mungkin..”
“Ijinkan aku menemui kamu Jo, tunggu aku di Ngurah Rai. Aku ambil flight paling pagi ke Denpasar besok.”
“Kamu yakin?”
“Aku tidak pernah seyakin ini.”
Johana terdiam membeku, hanya mampu memandangi ponselnya yang telah mati. Sampai saat ini pun dia belum mampu berterus terang mengenai kondisi kesehatannya.
***
“Kamu pikir, setiap orang punya belahan jiwa?”
“Ya saya berpikir begitu Dan.”
“Dan kamu percaya setiap orang pada akhirnya akan bertemu dengan belahan jiwanya?”
“Mungkin…mungkin juga tidak.”
“Apakah kita berdua belahan jiwa?”
“Saya tidak tahu Dan, yang jelas saya merasa nyaman berbicara dengan kamu. Kamu seperti bagian diri saya yang hilang. Kamu melengkapi bagian yang hilang itu. Kamu ragu untuk menemui saya Dan?”
“Tidak, tidak sama sekali. Besok pagi aku akan terbang menemui kamu. Kita ketemu di Ngurah Rai. Tunggu aku di sana ya.”
Jidan melipat ponselnya, memandanginya sebentar sebelum memasukkannya ke saku celana khakinya.
***
“Jo..Johana! Oo maaf, saya kira anda orang yang saya tunggu.”
“Tidak apa-apa, saya juga sedang menunggu seseorang.”
“Sudah satu jam saya menunggu, tapi belum muncul juga.”
“O saya sudah hampir satu setengah jam nunggu, sebelum pesawat 07.10 dari Jakarta landed saya sudah ada di sini, tapi sekarang saya tidak yakin apa dia ikut dalam penerbangan tadi. Sepertinya semua penumpangnya sudah keluar ya”
“Saya di penerbangan yang sama lho. Gak coba telpon?”
“Oya? Kamu dari Jakarta juga? Udah berkali-kali saya coba telpon, tapi gak aktif henponnya. Kamu sendiri, udah coba telpon?”
“Sama, gak aktif juga.”
“Wah kita senasib ya, nunggu orang yang gak muncul-muncul.”
“Oya saya Damar, kamu?”
“Raya.”
***
Johana tak mampu lagi membuka matanya. Sel-sel darah putih itu telah menggerogoti pertahanan tubuhnya. Sementara di salah satu sudut Jakarta, di sebuah rumah sakit pemerintah, Jidan, korban kecelakaan maut di ruas jalan tol menuju bandara, kehilangan begitu banyak darah.
Comments