Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Ketika saya gak bisa tidur

Pemikiran ini muncul tadi malam, ketika saya tidak juga dihampiri rasa kantuk padahal jam di meja saya sudah menunjukkan pukul 01.15 dini hari. Setelah menyerah pada kenyataan bahwa tidak ada seorangpun teman yang rela menemani saya begadang sampai larut (terbukti dan sms-sms yang saya kirim ke beberapa teman gak ada yang dijawab, baru pagi saya terima reply-nya, ada siy seorang temen yang jawab telpon saya, tapi katanya dia mau tidur huuuu…), akhirnya saya membenamkan diri ke dalam pikiran saya sendiri. Merenung mungkin.

Bahan perenungan itu bisa jadi berawal dari kopdar saya di Ambassador dengan seorang temen MP saya (haluuu trid weks ). Saya sempat sedikit mengeluhkan kehidupan pribadi yang garing dan kehidupan professional yang sama sekali gak menjanjikan, yang ditanggapi dengan sangar oleh teman saya itu. “Jangan pernah lu ngomong gitu lagi, lu tau gak di luar sana ada ribuan orang yang mati-matian pengen kerja!?” Glek.

Bener siy, pendapat teman saya itu. Walaupun pekerjaan, lingkungan kerja dan bos super weddan yang saya punya sekarang bukan merupakan salah satu pekerjaan yang terbaik, bukan pekerjaan impian saya, rasanya saya harus belajar mencintainya dari hati, harus belajar hidup dengannya. Sampai nanti mungkin Allah memberikan jalan dan kesempatan buat saya untuk mendapatkan yang lebih baik, karena pasti menurut-Nya inilah yang terbaik untuk saya saat ini.

Pemikiran saya tidak berhenti sampai di situ, terus berkembang sampai jauh. Tentang apa yang saya inginkan, apa yang sebaiknya harus saya lakukan. Saya sadar, dari waktu ke waktu keinginan saya seringkali berubah, cenderung bersifat kondisional. Tapi ada satu keinginan yang tidak pernah berubah, selain keinginan untuk membahagiakan orang-orang yang saya cintai (orang tua dan keluarga pada urutan pertama), saya ingin melihat dunia. Ya, saya ingin sekali melihat dunia! Semoga ada jalan untuk itu.

Akhirnya, setelah lelah menyelami pikiran saya, dengan ditingkahi suara hujan yang lebih meninabobokan dari lullaby manapun, perlahan mata sayapun meredup.

Comments

Popular Posts