Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Sepi itu...

Ada kalanya saya merasa takut pada sepi . Saya sendiri gak tau pasti apa alasannya. Lucu yaa, takut kok pada sepi. Tapi ada kalanya saya juga begitu mencintai sepi, begitu menikmati kesendirian saya, hanya ada saya dan pikiran saya.

Tapi kemarin, saya sedang tidak ingin menikmati sepi saya, pun kesendirian saya. Jadilah pulang kantor kemarin, saya muter-muter di Mal Ambasador. Tidak berniat untuk beli apa-apa, cuma sekedar menghindar dari sepi. Tapi toh di sebuah toko buku akhirnya saya mengeluarkan uang juga dari dompet saya untuk novel sang pemimpi dan edensor, buku kedua dan ketiga dari tetralogi laskar pelangi-nya Andrea Hirata, dan The Naked Traveler yang berisi catatan perjalanan seorang backpacker perempuan Indonesia, ditambah satu pak buku tulis untuk keponakan saya.

Sebuah sms dari seorang teman yang sedang sakit jiwa, menyudahi keasikan mata saya menatap jejeran sepatu di salah satu sudut mal itu sebelum saya benar-benar menemukan sepatu yang cocok dengan kaki dan dompet saya. Karena selanjutnya saya bergegas ke tempat kos-nya yang gak terlalu jauh dari situ.

Dan syukurlah, karena sepi yang saya takutkan itu kemudian menguap, ditelan tawa di antara celoteh tak jelas.

P.s. Makasih Trid, udah nyelametin rupiah yang tersisa di dompet gw (dan Ridho untuk selalu mengisi sepi itu )

Comments

Popular Posts