Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Hai masa lalu

Hai masa lalu, apa kabarmu sekarang? Sudah sejauh mana kamu melangkah? Ke arah mana engkau menuju? 

Hai masa lalu, mari kita bicara tentang diriku. Sudah jauh sekali aku melangkah, sesekali aku menoleh ke belakang, ke arahmu. Mengenangmu, mengenang bagaimana kita dulu. Menyatu di suatu waktu, sampai saatnya aku harus melepaskanmu. Bukan, bukan karena aku tidak mencintai atau menginginkanmu. Sedemikian besar keinginanku untuk membawamu sepanjang langkahku, sepanjang perjalanan yang aku lalui. Tapi kamu menolak keinginanku, kamu menorehkan kecewa yang tidak sedikit. Ada juga malu dan marah yang sulit untuk dihindari. Cukup manusiawi aku rasa. 

Hai masa lalu, mari kita bicara lagi tentang diriku. Maaf jika terdengar egois. Kadang aku menoleh ke arahmu, sering malah. Untuk belajar dari apa yang telah berlaku. Menempa diri dan hati agar lebih matang dan bijaksana melangkah ke depan. 

Hai masa lalu, pada akhirnya aku ingin berterima kasih telah menjadi bagian dari perjalanan hidupku, telah membawaku sampai ke titik ini. Kita memang harus saling melepaskan, untuk dapat berjalan lebih jauh lagi.  

Comments

Popular Posts