Skip to main content

Featured

JEDA

Suatu ketika telinga butuh jeda dari bising dunia, dari suara-suara tanpa nada dan kata yang kehilangan makna. Layaknya malam, yang sejenak sembunyi dari hiruk pikuk siang, terik yang menyengat.  Berhentilah bersuara, berteriak, memaki, mengeluh, menghakimi, agar tenang sekejap dan angin memanjakan telinga.  Dan dunia tidak harus selalu dihiasi oleh suara sumbangmu. Maka berhentilah berbicara, untuk mendengarkan dunia. 

Waktu Yang Ambigu

Dan waktu pun bergulir dengan sangat mengerikan, tidak diam, 
menguras tenaga, menggerus impian. 
Tidak menyisakan kesempatan. 
Tidak juga memberikan pengecualian, hanya meninggalkan kerutan, 
di wajahmu, wajahku, wajah bumi semesta.

Siang malam pagi kembali siang, tidak berjeda tanpa batas. 
Tanpa lelah berputar. 
Menggilas yang diam, menelan yang lengah dan hidup tanpa kemauan.
Ooh betapa waktu begitu mematikan. 
Membuai, kemudian sungguh mematikan dan membuat kita terlupakan. 

Jika demikian kejamnya waktu, lalu mengapa sorak sorai riuh rendah perjalanannya, 
perputarannya, pergantiannya setiap tiga ratus enam puluh lima hari? 
Perputaran yang mendekatkan kita pada ketiadaan, 
yang menghentikan keberadaan kita sebagai manusia. 

Betapa mengerikannya waktu. Betapa ambigu.
Tak dapat dibujuk dan ditiru, apa lagi untuk ia menunggu dan mengerti bahwa kita belum selesai, masih banyak mimpi yang ingin diberi waktu.

(Ketika beberapa menit lagi tahun berganti, dan 2022 hanya akan menjadi bagian dari sejarah panjang, sisa-sisa pandemi)

Comments

Popular Posts